RSS Feed

Senin, 13 Desember 2010

kalimat efektif

KALIMAT EFEKTIF


1. Pengertian kalimat efektif

Secara umum, bahasa ilmiah yang efektif mempunyai sifat dengan urutan prioritas lengkap, singkat, dan mudah. Berbeda dengan bahasa anak-anak yang bersifat mudah, singkat, dan jika perlu lengkap; sementara bahasa popular/umum lebih mengutamakan singkat, mudah, dan tepat. Singkat artinya menggunakan kata-kata yang memang diperlukan saja, mudah artinya kata-katanya sudah dikenal(familier), dan tepat berhubungan dengan pilihan kata dan definisi.

Berikut ini tabel perbandingan urutan kepentingan yang harus diperhatikan dalam menulis laporan ilmiah.


Tabel : perbandingan urutan kepentingan pada pemakaian bahasa

Syarat kebahasaan

Urutan kepentingan

Ilmiah

Anak

Populer

Singkat

2

2

1

Mudah

3

1

2

Tepat

1

3

3

Kalimat ialah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek (S) dan predikat (P), jika tidak mempunyai S dan P, pernyataan itu bukanlah kalimat, melainkan frase.

Kalimat merupakan unsur penting untuk mengungkapkan fakta, pikiran, sikap, dan perasaan. Hal ini harus diungkapkan dalam kalimat efektif, yaitu kalimat yang menimbulkan daya khayal pada pembaca, minimal mendekati apa yang dipikirkan penulis. Kalimat efektif ialah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembacanya.

Sebuah kalimat terdiri atas isi dan bentuk. Yang dimaksud dengan isi ialah pikiran penulis, sedangkan bentuk ialah kata-kata yang mewakili pikiran penulis. Kalimat efektif selalu memperhatikan adanya kesatuan pikiran dan kepanduan sebagai syarat minimal. Selain itu, kalimat efektif juga harus menonjolkan pikiran utama dengan memperhatikan penekanan, kesejajaran, kehematan, dan keterbacaan, kevariasian.


1.1.1 Kesatuan Pikiran

Adanya kesatuan pikiran berarti adanya hubungan timbal balik antar unsur yang mendukung kalimat (pikiran). Kesatuan ini terbentuk dalam subjek dan predikat, bisa ditambah objek. Kesatuan dapat berbentuk kesatuan tunggal, majemuk, pertentangan, dan pilihan.

Contoh kalimat yang kesatuan pikirannya jelas :

· Semua penduduk desa itu mendapatkan penjelasan mengenai repelita. (tunggal)

· Dia telah meninggalkan rumah pukul enam pagi dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu. (majemuk)

· Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu. (pertentangan)

· Kamu boleh menyusul saya ke tempat itu atau tinggal saja disini. (pilihan)


1.1.2 Kepaduan

Kata-kata itu harus dipadukan sehingga terbentuklah kerja sama yang saling mengikat dan kompak. Kepaduan berarti adanya hubungan timbal balik antar unsur yang membentuk kalimat (kata-kata) atau adanya interaksi antar kata yang menduduki fungsi dalam kalimat.

Kepaduan akan rusak oleh :

1. Letak kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat

Contoh : anjing kemarin sore di kebun adik memukul dengan sekuat tenaga.

2. Salah menggunakan kat depan dan kata hubung

Contoh : kebutuhan akan makan oleh manusia tidak dapat menunggu hari esok. (seharusnya, tanpa akan)

3. Pemakaian kata yang tumpang tindih

Contoh : Demi untuk kepentingan anda sendiri, anda dilarang merokok. (seharusnya, demi kepentingan atau untuk kepentingan)

4. Salah menggunakan keterangan aspek

Contoh : Saya sudah beli buku itu (seharusnya, Saya sudah membeli buku itu atau Sudah saya beli buku itu)


1.1.3 Subjek dan predikat

Struktur kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek merupakan unsur inti/pokok pembicaraan. Perhatikan contoh berikut :

· Hakim menjatuhkan hukuman mati.

· Mencabut gigi dilakukan hanya dalam keadaan terpaksa.

· Metafisika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan hal-hal nonfisik.

Kata-kata yang dicetak miring adaalh subjek, dapat berupa kata atau kelompok kata, serta dapat berbentuk kata benda atau kata kerja. Ada juga subjek yang diberi keterangan di belakangnya. Kalimat harus mempunyai struktur yang jelas, setiap kata kelompok kata harus jelas fungsinya dalam kalimat. Perhatikan kalimat berikut.

Contoh :

Bangsa Indonesia menginginkan perdamaian dan persahabatan.

S P O


1.1.4 Pengembangan struktur dasar kalimat (Subjek dan Predikat)

Kita dapat mengembangkan struktur dasar kalimat, dengan member keterangan tambahan pada subjek dan atau predikat. Proses penambahan keterangan pada struktur kalimat, dapat dilihat pada contoh berikut.

1) Aku/pelukis.

2) Aku seorang/pelukis.

3) Aku hanya seorang/pelukis.

4) Aku waktu itu sebetulnya hanya seorang/pelukis.

5) Aku waktu itu sebetulnya bukan hanya seorang/pelukis.

6) Aku waktu itu sebetulnya bukan hanya seorang/pelukis tradisional.

7) Aku waktu itu sebetulnya bukan hanya seorang/pelukis tradisional yang sesungguhnya.

Sebuah kalimat yang mulanya sangat sederhana yang jumlah katanya sangat terbatas, dapat dikembangkan menjadi sebuah kalimat yang maksudnya jauh lebih jelas dan terang, tanpa mengubah struktur dasar kalimatnya.


1.1.5 Kalimat pasif dan kalimat aktif

Tulisan ilmiah berbahasa Indonesia banyak menggunakan kalimat pasif karena hendak menonjolkan objek. Hal ini sering ditafsirkan sebagai ungkapan tanpa kata ganti orang. Laporan ilmiah boleh menggunakan kalimat aktif juga kalimat pasif asal keterbacaannya lebih tinggi. Perhatikan kalimat berikut.

· Maksud perguruan tinggi memberikan mata kuliah pengembangan kepribadian agar mahasiswa memiliki wawasan budaya.

· Pemberian mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi dimaksudkan agar mahasiswa memiliki wawasan budaya.

· Agar mahasiswa memiliki wawasan budaya, perguruan tinggi memberikan mata kuliah pengembangan kepribadian.

Kalimat 1 adalah kalimat aktif, kalimat 2 pasif; keduanya tidak efektif/hemat karena kata maksud dan agar, sedangkan kalimat 3 merupakan kalimat aktif yang efektif.


2. Syarat kalimat efektif

2.1 Penekanan

Penekanan adalah upaya memberi tekanan pada kalimat merupakan upaya menonjolkan/mementingkan pikiran pokok. Dalam bahasa lisan sering digunakan intonasi atau acting, sedangkan dalam bahasa tulis dapat dilakukan dengan cara alih bangun, pengulangan kata, pertentangan, dan urutan logis.

1) Alih bangun

Alih bangun adalah pemindahan unsur kalimat, biasanya kata yang berada di awal kalimat merupakan kata yang dipentingkan.

Contoh : pancasila harus kita amalkan dengan penuh tanggung jawab.

2) Pengulangan kata

Pengulangan kata ini dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas, dan jika dihilangkan kalimat akan menjadi kabur maknanya.

Contoh : Jurusan teknik di politeknik Universitas Indonesia ialah teknik mesin, teknik sipil, dan teknik elektro.

3) Pertentangan

Pertentangan dapat digunakan untuk memberi tekanan pada pikiran dengan cara menggunakan kata yang tidak langsung pada pikiran utama.

Contoh : kekuasaan presiden tidak tak terbatas.

(bandingkan) kekuasaan presiden terbatas.

4) Urutan logis

Urutan logis dalam kalimat berarti mengurutkan secar logis/kronologis unsur-unsur kalimat yang mengandung urutan kejadian atau proses.

Contoh : telekomunikasi cepat vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas pembangunan, dan persatuan bangsa.


2.2 Kesejajaran

Kesejajaran ialah menempatkan gagasan yang sama penting dan fungsinya ke dalam struktur kebahasaan yang sama. Macam-macam kesejajaran :

1) Kesejajaran bentuk

Bila salah satu gagasan ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata lain yang berfungsi sama juga dalam struktur kata benda, begitu seterusnya. Jika kata kerja juga kata kata kerja, jika frase juga frase.

2) Kesejajaran makna

Kesejajaran makna timbul oleh adanya relasi makna antar satuan dalam kalimat (subjek, predikat, dan objek).

3) Kesejajaran rincian pilihan

Dalam kalimat yang mengandung rincian pilihan, sering terjebak oleh kalimat sebelum rincian sehingga antara kalimat dan rinciannya tidak mengandung kesejajaran yang benar.


2.3 Kehematan

Kehematan juga merupakan unsur penting dalam kalimat efektif. Kehematan berarti penghematan kata, frase, atau struktur lain yang dianggap tidak perlu dalam kalimat. Kehematan dapat dilakukan dengan cara :

1) Penghematan subjek

Pengulangan subjek tidak akan membuat kalimat bertambah jelas.

2) Penghilangan hiponimi

Hiponimi ialah makna kata yang lebih tinggi, misalnya merah mengandung makna kelompok warna.

3) Penghilanagn kata depan dari dan daripada

Kata depan dari menyatakan arah (tempat) dan asal (asal-usul), sedangkan kata daripada menyatakan perbandingan dua benda atau dua hal. Kedua kata depan ini banyak dipakai secar tidak tepat.

4) Penyingkatan kata

Usaha yang dilakukan untu menyingkat kata dalma kalimat ialah dengan menggantikan kata atau istilah yang panjang menjadi lebih pendek.

5) Penyingkatan ungkapan

Ungkapan yang panjang dapat dijadikan lebih singkat dan padat.

6) Penyingkatan kalimat

Kalimat yang panjang akan menyulitkan pembaca dalam memahami maknanya. Kalimat panjang dapat dipersingkat tanpa mengurangi maknanya.


2.4 Keterbacaan

Seorang penulis yang baik adalah juga seorang pembaca yang baik, tetapi bukan berarti seorang pembaca yang baik adalah juga seorang penulis yang baik. Keterbacaan ialah derajat kemudahan sebuah tulisan untuk mudah dipahami maksudnya. Semakin tinggi keterbacaan akan semakin mudah tulisan dipahami, dan semakin rendah keterbacaan akan semakin sulit untuk dipahami maksudnya.

Untuk meningkatkan keterbacaan, perhatikan hal-hal berikut.

1) Kejelasan

Tulisan akan lebh mudah dipahami jika menggunakan kata-kata yang sudah umum/dikenal. Keterbacaan juga dopengaruhi oleh panjang pendek kalimat.

Ukuran kejelasan atas panjang pendek kalimat dalam bahasa Indonesia belum ada, tetapi kita dapat memakai ukuran yang diberikan oleh Rudolt Flesch dari Amerika Serikat. Flesch menyusun tabel rujukan sebagai berikut

Tabel : kejelasan kalimat dalam jumlah kata

Kejelasan

Kata per kalimat

Mudah sekali

Kurang dari 8

Mudah

11

Agak mudah

14

Baku

17

Agak sulit

21

Sulit

25

Sangat Sulit

Lebih dari 29

2) Bangun kalimat

Ukuran kejelasan kalimat bukan hanya ditentukan oleh penggunaan kata dan panjang pendek kalimat, tetapi juga oleh bangun kalimat. Bangun kalimat yang dapat memberikan nilai tambah bagi kejelasan kalimat.


2.5 Pengaruh bahasa inggris

Struktur bahasa inggris sering mempengaruhi struktur bahasa Indonesia karena bahasa inggris dekat dengan pemakai bahasa Indonesia.

Perhatikan contoh berikut

1. The man to whom she is married has been married twicw before.

2. According to law, that action is wrong.

Kalimat bahasa inggris ini sering diterjemahkan secara harfiah menjadi

1. Laki-laki dengan siapa ia menikah telah menikah sua kali.

2. Menurut hukum, perbuatan itu adalah salah.

Seharusnya :

1. Laki-laki yang menikahinya telah menikah dua kali.

2. Menurut hukum, perbuatan itu salah. (Eyang Ageng Sastranegara)


Referensi : Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.


Nama : Farida Setyawati

NPM : 1710926

Kelas : 5KA22

Jurusan : Sistem Informasi

reproduksi

Reproduksi


1. Pengertian ringkasan dan ikhtisar

Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Karena suatu ringkasan bertolak dari penyajian suatu karya asli secara singkat. Maka ia merupakan suatu ketrampilan untuk mengadakan reproduksi dari hasil-hasil karya yang sudah ada. Kata precis yang dipakai untuk pengertian ini sebenarnya berarti ‘memotong’ atau ‘memangkas’.

Ringkasan hendaknya dibedakan pula dari istilah lain yang pertainnya tumpang-tindih yaitu ikhtisar, yang juga merupakan suatu bentuk penyajian yang singkat dari suatu karangan asli. Walaupun dalam kenyataannya kedua istilah itu sering dicampur-adukkan, namun secara teknis lebih baik kalau kedua istilah itu dibedakan maknanya. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandangan pengarang asli, sedangkan ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional.

2. Tujuan membuat ringkasan

Latihan membuat ringkasan atas sebuah artikel atau sebuah karya adalah suatu cara yang sangat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan-latihan yang intensif akan mengembangkan daya kreasi dan kkonsentrasi, serta mempertajam kemungkinan pemahaman karya asli secara mesra, sehingga karya ringkasan itu nampaknya seolah-olah hasil pematangan dalam diri penulis ringkasan itu.

Tujuan ringkasan adalah memahami dan mengetahui isi sebuah buku atau karangan, maka latihan-latihan untuk maksud tersebut akan membimbing dan menuntun seseorang agar dapat membaca karangan asli dengan cermat, dan bagaimana harus menulisnya kembali dangen tepat.


3. Cara membuat ringkasan

Beberapa pegangan yang yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur, adalah sebagai berikut :

1) Membaca naskah asli : penulis ringkasan harus membaca naskah asli seluruhnya beberapa kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang, serta sudut pandangannya.

2) Mencatat gagasan utama : semua gagasan utama atau gagasan yang penting dicatat atau digaris bawahi.

3) Membuat reproduksi : sebagai langkah ketiga penulis ringkasan menyusun kembali suatu karangan singkat (ringkasan) berdasarkan gagasan-gagasan utama sebagaimana yang dicatat dalam langkah kedua di atas.

4) Ketentuan tambahan : di samping ketiga langkah di atas masih ada beberapa ketentuan tambahan yang perlu diperhatikan pada waktu menyusun ringkasan (langkah ketiga).


3.1 Membaca naskah asli

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis ringkasan adalah membaca naskah asli satu atau dua kali, kalau perlu diulang hingga beberapa kali, untuk mengatahui kesan umum tentang karangan itu secara menyeluruh.


3.2 Mencatat gagasan utama

Tindakan dan langkah yang harus dikerjakan adalah membaca kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pencatatan itu dilakukan untuk dua tujuan, pertama, untuk tujuan pengamanan agar memudahkan penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi pengolahan seikatan teks asli, penulis mulai menulis kembali untuk menyusun sebuah ringkasan dengan memepergunakan pokok-pokok yang telah dicatat itu.


3.3 Mengadakan reproduksi

Yang harus diperhatikan adalah bahwa dengan catatan tadi, ia harus menyusun kalimat-kalimat baru, merangkaikan semua gagasan tadi ke dalam suatu wacana yang jelas dan dapat diterima akal sehat, dan sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Kalimat pengarang asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupan kaidah, kesimpulan atau perumusan yang padat.


3.4 ketentuan tambahan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.

a. Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk. Kalimat majemuk menunjukan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat parallel. Bila ada kalimat majemuk telitilah kembali apakah tidak mungkin dijadikan kalimat tunggal.

b. Bila mungkin ringkasanlah menjadi frasa, frasa menjadi kata. Begitu pula rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentral saja.

c. Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb.

d. Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang; kadang-kadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang bersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.

e. Pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaskanlah gagasan-gagasan itu dalam urutan seperti urutan naskah asli. Urutan topik sebagaimana dicatat dari kalangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat penulis ringkasan.

f. Untuk membedakan ringkasan atas sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan sebuah pidato atau ceramah (bahasa langsung) yang mempergunakan sudut pandangan orang pertama tunggal atau jamak, maka ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan orang ketiga.

g. Biasanya untuk suatu ringkasan ditentukan pula panjang ringkasan finalnya.


Resensi


1. Pengertian resensi

Suatu jenis tulisan lain yang mempunyai titik singgung dengan ringkasan dan ikhtisar adalah resensi. Resensi adalah suatu tulisan atau usulan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

Dalam arti lebih luas, resensi itu dibuat juga untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap karya-karya seni lainnya, seperti drama, film, sebuah pementasan, dan sebagainya.


2. Dasar resensi

Untuk memberi pertimbangan atau penilaian secara objektif atas sebuah hasil karya atau buku, penulis harus memperhatikan dua faktor, yaitu : pertama, penulis resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, dan kedua ia harus menyadari sepenuhnya apa maksudnya membuat resensi itu.

Singkatanya penulis resensi harus benar-benar memperhatikan kewajiban mana yang harus dipenuhinya dalam membuat resensi itu, yaitu : kewajibannya terhadap para pembaca, dan bagaimana penilaiannya atas buku itu.


3. Sasaran-sasaran resensi

Pokok-pokok yang dapat dijadikan sasaran penilaian sebuah buku atau karya adalah :

· Latar belakang

Penyajian tema secara singkat itu dapat dilengkapi dengan deskripsi mengenai isi buku itu. Penulis dapat menyampaikan ringkasan atau ikhtisar buku itu, sehingga para pembaca yang belum tahu, dapat memperoleh gambaran mengenai isi buku itu. Deskripsi mengenai buku itu bukan hanya menyangkut isinya, tetapi juga dapat menyangkut badan mana yang telah menerbitkan buku itu kapan dan di mana diterbitkan, berapa tebalnya (jumlah bab dan halaman) dan kalau perlu formatnya. Penulis resensi dapat pula memperkenalkan pengarangnya : namanya, ketenaran yang diperolehnya, buku atau karya mana yang telah ditulisnya, atau mengapa ia sampai menulis buku itu.


· Macam atau jenis buku

Perbedaan-perbedaan antara berbagai macam pembaca sebagai diketengahkan di atas, namun masih terdapat suatu persamaan umum pada mereka yaitu : mereka semua ingin mengetahui sesuatu bila ada sebuah buku baru diterbitkan. Mereka ingin mengetahui : buku itu macam apa? Penulis resensi yang mengabaikan pernyataan ini sengaja atau tidak sudah gagal dalam melaksanakan tugasnya.

Dengan kata lain, ia harus mengadakan klasifikasi mengenai buku itu. Dengan memasukkannya ke dalam kelas buku tertentu maka denga mudah ia dapat menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan buku-buku lain yang termasuk dalam kelompok yang sama.


· Keunggulan buku

Buku-buku yang non fiktif sangat berbeda satu sama lain, dan itulah yang menyebabkan perbedaan nilai dan keunggulan yang dimilikinya. Mengenai keunggulan buku, penulis resensi pertama-tama mempersoalkan organisasinya. Yang dimaksud dengan organisasi adalah kerangka buku itu. Hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Penilaian mengenai organisasi ini dapat kita bandingkan dengan bagaimana kita menilai sebuah hutan. Untuk menilai hutan kita pertama-tama harus melihat dari jauh, bagaimana pemandangan keseluruhannya, apa daya tariknya dari jauh.

· Nilai buku

Mengeritik berarti memberi pertimbangan, menilai dan menunjukkan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan buku itu secara penuh tanggung jawab. Tugas pokok penulis resensi adalah memberi sugesti kepada para pembaca apakah sebuah buku patut dibaca atau tidak. Sebagai seorang penulis resensi, pengarang harus tetap mengingat tujuannya, mengemukakan pendapat-pendapatnya dengan jelas, secara khusus dan selektif.

· Penerapan

Dengan tidak mengabaikan kemungkinan variasi membuat resensi atas sebuah buku atau hasil karya seni lainnya. (Eyang Ageng Sastranegara)


Nama : Farida Setyawati Lestari

NPM : 17109262

Kelas : 5KA22

Jurusan : Sistem Informasi